Bernadeta Niken Resensi Buku Uncategorized

Merayakan Kehidupan Lewat Buku Latihan Tidur ala Jokpin

          Hidupmu lebih luas dari pada suatu hari

          dan pada suatu ketika.

          (“Pada Suatu”, 2016)

Buku Latihan Tidur merupakan judul kumpulan puisi terbaru Joko Pinurbo, yang akrab disapa Jokpin. Berisi 45 puisi yang dibuat pada rentang waktu 2014 hingga awal 2017, Jokpin hadir kembali dengan karya yang sudah pasti membuat pembacanya tersenyum sekaligus merenung. Setelah berhasil menggarap tema sederhana seputar celana, sarung, telepon genggam, kamar mandi, tahi lalat dan kopi, Jokpin mengajak pembaca untuk menyelami kekayaan bahasa kita, bahasa Indonesia.

Dari berbagai karyanya, Jokpin memang dikenal piawai mengambil tema keseharian dengan gaya naratif untuk puisi-puisinya. Meski dari luar terlihat sederhana, sebenarnya di tiap baris puisinya mengandung makna yang dalam. Itulah sebabnya, puisi-puisi Jokpin tak cukup dibaca satu atau dua kali.

Dalam Buku Latihan Tidur, puisinya berjudul “Kamus Kecil” adalah salah satu karyanya yang cerdas dan jenaka, khas Jokpin:

          Saya dibesarkan oleh bahasa Indonesia yang pintar dan lucu walau kadang rumit dan

          membingungkan. Ia  mengajari saya cara mengarang ilmu sehingga saya tahu

          bahwa sumber segala kisah adalah kasih;

latihan tidur
Captured by Niken

          bahwa ibu tak pernah kehilangan iba;

          bahwa segala yang baik akan berbiak;

          bahwa orang ramah tidak mudah marah;

          bahwa seorang bintang harus tahan banting;

          bahwa untuk menjadi gagah kau harus gigih;

          bahwa terlampau paham bisa berakibat hampa;

          bahwa orang lebih takut kepada hantu ketimbang

          kepada tuhan;

          bahwa pemurung tidak pernah merasa gembira,

          sedangkan pemulung tidak pelnah merasa gembila;

          bahwa lidah memang pandai berdalih;

          bahwa cinta membuat dera berangsur reda;

         bahwa orang putus asa suka memanggil asu;

          bahwa amin yang terbuat dari iman menjadikan kau merasa aman

Pada puisi “Kamus Kecil” Jokpin berusaha “bermain-main” dengan kata-kata. Kita dapat merasakan diksi yang dipakainya menghasilkan permainan bunyi yang dikenal sebagai “pasangan minimal” atau kata berkontras, sebuah bagian dari fonologi dalam bidang ilmu linguistik. Fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa untuk membedakan makna katanya. Pasangan minimal atau kata berkontras adalah dua kata mirip yang memiliki satu fonem berbeda maka bunyi pun berbeda dan menghasilkan makna yang berbeda pula. Pasangan minimal itu kita temukan lewat kata /kasih/-/kisah/, /ibu/-/iba/, /gagah/-/gigih/, /asa/-/asu/, serta /amin/-/iman/-/aman/. Juga membalikan suku kata terakhir menjadi di depan seperti /paham/-/hampa/, /ramah/-/marah/, /hantu/-/tuhan/, /lidah/-/dalih/, /dera/-/reda/.

Tak hanya keajaiban itu saja, mengambil pola litani, sebuah bentuk doa umat Kristiani yang terdiri dari pengulangan, Jokpin menghadirkan hujan, Ibu dan kopi dengan sangat indah apabila diucapkan dalam puisinya berjudul “Litani Terima Kasih”:

          Hati hujan yang menenangkan

          Terimakasih

          Mata malam yang meneduhkan

          Terimakasih

          Bibir kopi yang menghangatkan

          Terimakasih

Penggalan puisi di atas hanya sebagian dari kepiawaian Jokpin mengutak-atik kata menjadi kalimat berbunyi indah dan bermakna mendalam. Pada puisi-puisi Buku Latihan Tidur, Jokpin menunjukkan keprihatinan sekaligus harapan atas kondisi yang terjadi akhir-akhir ini. Ia mengamati bahwa bahasa sering salah dipergunakan untuk membenarkan diri dan mencaci-maki, terlebih di ranah politik dan agama. Puisi-puisinya berusaha menyuarakan kecemasan pada fenomena orang-orang beragama yang seringkali mengancam kerukunan dan toleransi antarumat. Kita bisa menyelaminya lewat “Sajak Balsem untuk Gus Mus”, “Kolom Agama”, “Doa Seorang Presiden”, “Pemeluk Agama”, dan “Sebuah Cerita untuk Gus Dur”.

Di tengah getolnya orang beragama, sering kita melupakan sisi kemanusiaan dari beragama itu sendiri. Dalam puisi “Misal”, Jokpin mempertanyakan kembali cara beragama kita:

          Misal Aku datang ke rumahmu

          Dan kau sedang khusyuk berdoa,

          Akankah kau keluar dari doamu

          Dan membukakan pintu untukKu?

Buku Latihan Tidur adalah bukti konsistensi Jokpin berkarya dalam beberapa tahun belakangan ini. Kumpulan puisi kali ini adalah hasil eksplorasi kekayaan bahasa Indonesia dengan tetap membawa isu-isu aktual dan relevan. Jokpin memberi sudut pandang yang kritis terhadap situasi saat ini tanpa kehilangan rasa humor dan romantis.

Menerjemahkan Religiositas

Berlatar belakang Kristiani, Jokpin besar dan tumbuh di lingkungan berpendidikan Katolik. Banyak puisi-puisi Jokpin bersifat kontemplatif sebagai buah perenungannya atas peristiwa hidup sehari-hari. Bahkan, terkadang Jokpin mempermainkan logika yang selama ini dianggap benar. Hanya dengan menggali lebih dalam, pembaca mampu menemukan pesan kontemplatif yang ingin disampaikan Jokpin.

Akrab dengan kitab suci, Jokpin banyak menggali insiprasi dari alkitab untuk puisi-puisinya. Bisa disimak bersama lewat puisinya berjudul “Kolam Joko”:

          Kepada bocah yang baru pulang sekolah dan tampak lelah, kolam kecil saya berkata,

          “Marilah kepadaku, hai Joko yang berbeban cita-cita dan tumpukan ilmu,

          aku akan membasuhmu dan menyegarkan mimpimu.”

Kalimatnya adalah olahan dari penggalan ayat kitab suci, “Marilah kepada-Ku semua yang letih leus dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan padamu” (Mat11: 28), yang bagi umat Kristiani tentu familiar. Selain itu, kita bisa menemukan kisah penciptaan dari Kitab Kejadian dalam puisinya berjudul “Dongeng Puisi”:

          Kata-kata berdatangan dari berbagai penjuru, awalan ber- dan me- bermunculan pula,

          Dan Tuhan melihat semua itu asyik adanya.

Dengan menggunakan ayat ayat dari Alkitab, yang mungkin ada yang beranggapan itu tidak patut, Jokpin dengan caranya justru memperkaya cara beriman kepada Tuhan. Tanpa bermaksud menggurui atau berkhotbah, Jokpin ingin menyampaikan bahwa Tuhan hadir dalam setiap bentuk peristiwa kehidupan. Maka dalam setiap puisinya, dengan “santai” ia menyikapi kemacetan, kemiskinan, kesepian, bahkan kerusuhan. Bagi Jokpin begitulah seharusnya manusia menikmati hidup dari rutinitas dan peristiwa buruk yang kerab terjadi. Tetap bersyukur, itulah sikap beriman Jokpin yang tercermin dalam setiap puisinya. Menurutnya, berpuisi adalah bentuk merayakan kehidupan.

Lewat Jokpin, kita mengenal puisi dari hal sederhana, yang tak hanya melulu soal revolusi dan cinta. Puisi yang bukan dari diksi puitis ataupun “tinggi” sehingga sulit dipahami. Jokpin menunjukkan bahwa puisi bisa dinikmati siapa saja dan diciptakan dari apa saja.

About the author

Bernadeta Niken

pejalan yang tahu jalan pulang

@nikenkd
nikenishere.blogspot.com

Add Comment

Click here to post a comment