Resensi Buku Stella Anjani

Ketika Persahabatan dan Pengkhianatan Dipertemukan

DSC_0375Judul Buku: The Kite Runner

Penulis: Khaled Hosseini

Tahun Terbit: 2003 (karya asli), 2008 (terjemahan Indonesia).

Penerbit: Mizan

ISBN: 9786029225952

Jumlah Halaman: 491

The Kite Runner menyajikan sebuah drama kehidupan dua orang lelaki di negara konflik, yang terletak di persimpangan Asia Selatan dan Asia Tengah, Afganistan. Suatu konflik yang jarang dikelola oleh penulis fiksi kebanyakan.

Buku ini mengisahkan tentang hubungan tokoh utama, Amir, dan sahabatnya, Hassan. Amir adalah seorang anak laki-laki Pashtun, kelompok etnis mayoritas di negara Pakistan dan Afganistan. Hassan, seorang Hazara dari kelompok etnis minoritas merupakan anak dari pembantu ayah Amir yang sepanjang hidupnya kemudian dihabiskan untuk Amir. Khaled Hosseini, sang penulis, menggambarkan pengabdian Hassan kepada Amir dengan menuturkan kata pertama Amir adalah “Baba” yang berarti ayah, sedangkan Hassan adalah “Amir”. Interaksi Amir dan Hassan jauh dari diskriminasi tipikal mayoritas minoritas. Mereka saling mengasihi layaknya saudara kandung. Konflik utama cerita muncul ketika Amir untuk pertama kali dalam hidupnya dihadapkan pada pilihan sulit: antara menyelamatkan sahabat baiknya atau lari menyelamatkan dirinya sendiri.

Latar tempat cerita ini adalah negara Afghanistan dan Amerika Serikat, dua lokasi tempat Amir si tokoh utama, menghabiskan masa kecil dan masa tuanya. Penjajahan yang menimbulkan kekacauan di kota Kabul menjadi latar waktu yang memberikan nuansa mencekam di sepanjang cerita kilas balik kehidupan Amir. Kekacauan kota membuat masyarakat Afganistan dapat diperlakukan sewenang-wenang oleh para penjajah. Berdasarkan sudut pandang “aku” yang menjadi tokoh penutur cerita, pembaca akan terkuras emosinya akibat interaksi “aku” dengan dunia luar, maupun dengan dirinya sendiri.

Penokohan dalam cerita ini dibuat dengan apik, rapi, dan logis. Amir yang merupakan anak tunggal dari seorang duda penjual karpet ternama di Kabul, menyebabkan dirinya sedikit berbeda dari anak laki-laki lain seusianya. Amir tidak suka melawan ketika dirinya dipermainkan, bahkan cenderung hanya menundukkan kepala. Meskipun Hassan juga tumbuh besar tanpa kasih ibu seperti Amir, tetapi Hassan memiliki watak yang tangguh dan berani. Hassan selalu menjadi pembela dan pelindung Amir. Sifat Amir tersebut membuat ayahnya merasa ia tidak pantas disebut laki-laki Pashtun. Perlakuan Sang Ayah kepada Hassan, tanpa ia sadari, terkadang membuat Amir cemburu. Kompleksitas unik hubungan antarlelaki yang jarang diangkat dalam cerita, menjadi bumbu utama Hosseini dalam meramu cerita. Tuntutan Ayah kepada Amir, perbandingan Amir dengan Hassan, membuat hubungan mereka bertiga menjadi penuh konflik yang tidak terucap. Hosseini dapat membuat pembaca mengalami gejolak emosional khas laki-laki melalui permainan peran ketiga tokoh tersebut.

Kepiawaian Hosseini dalam bertutur melalui kisah Amir dan Hassan berhasil membawa The Kite Runner terus bertengger di daftar New York Times Bestseller selama lebih dari dua tahun. Buku ini pun sampai diangkat ke layar lebar, bahkan dalam waktu cukup singkat, empat tahun setelah karya aslinya rilis. Hosseini menuliskan cerita ini dengan gaya deskripsinya yang rinci sehingga pembaca dapat benar-benar merasakan pergulatan batin dan konflik emosional para tokoh. Pembaca dapat turut kecewa atas ketidakjantanan Amir, sebagaimana yang Ayah Amir rasakan. Pembaca dapat larut dalam rasa haru atas kesetiaan Hassan terhadap Amir yang sangat tulus. Jantung pembaca dapat turut berdebar-debar ketika Amir berusaha menyelamatkan Sohrab, anak Hassan, dari cengkeraman Assef, sang antagonis. Nasihat ayah Amir bahkan terasa sangat nyata, pembaca seolah diberi nasihat berharga dari ayah sendiri.

The Kite Runner berhasil membuat pembaca merenung-renungi nilai-nilai kehidupan seperti persahabatan, welas asih, keikhlasan, dan kesetiaan. Buku ini tepat untuk mengisi ulang nilai-nilai kemanusiaan dalam diri setiap orang.

“Menyakiti seseorang adalah salah, bahkan walau orang itu jahat. Karena mereka tidak tahu jalan yang lebih baik, dan karena orang-orang yang jahat pun bisa menjadi baik.”
― Khaled Hosseini, The Kite Runner

 

About the author

Stella Anjani

Bagian dari Agenda 18 Angkatan 6. Pada saat tidak sedang sibuk mengoleksi kenangan, Stella pasti sedang mengamati kehidupan. Variasinya luas, dari hidupnya sendiri hingga hidup peliharaan tetangga temannya, bahkan lubang jalan di tengah trotoar. Latar belakang psikologi hanya membuatnya semakin sulit memahami manusia.

Add Comment

Click here to post a comment