Tentang

Apa itu Agenda 18?

Agenda 18 adalah kelompok penulis muda yang berbasis Katolik dan berwawasan plural. Kelompok ini terdiri dari sekumpulan penulis-penulis muda, baik pemula maupun yang sudah malang-melintang menghiasi kolom-kolom media massa. Berangkat dari semangat bersama untuk terus mengembangkan kemampuan menulis, kelompok ini terus-menerus menjadi wadah segala macam pertukaran pengalaman dan ilmu-ilmu terkhusus dalam bidang penulisan.

Agenda 18 lahir untuk merespon keprihatinan akan Indonesia yang masih menghadapi konflik keberagaman. Saat ini, kekayaan budaya dari berbagai komunitas di Indonesia masih menghadapi kendala akibat sejumlah oknum dalam masyarakat yang menggunakan cara pandang tunggal mutlak. Kondisi ini dapat berujung pada fanatisme sempit dan mengganggu kerukunan hidup bersama. Kondisi ini sangat kontradiktif sementara Indonesia membutuhkan semangat pluralitas guna membangun kehidupan masyarakat yang sehat dan dinamis.

Persoalan tersebut perlu terus diangkat ke permukaan, terutama melalui media massa. Maka digagaslah pembentukan sebuah komunitas penulis untuk konsisten mengampanyekan pluralitas bangsa ini.

Kelompok Agenda 18 lahir dari sebuah pertemuan awal 2003 dimana sejumlah wartawan Katolik berdiskusi dengan RP Alex Wijoyo SJ, yang menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Komunikasi Sosial (KOMSOS) Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI). Diskusi itu menghasilkan pertanyaan tentang hal apa yang bisa dilakukan umat Katolik khususnya para penulis sebagai pembentuk narasi publik. Asal-usul nama Agenda 18 sangat sederhana karena pertemuan tersebut diagendakan pada tanggal 18, maka para peserta rapat sepakat komunitas penulis tersebut dinamakan Agenda 18.

Lahirlah gagasan untuk mendidik dan menciptakan para penulis muda, sebagai respon atas semakin defisitnya jumlah penulis Katolik dan tak banyak muncul ke permukaan. Guna mencapai cita-cita tersebut para penulis yang terdiri dari sejumlah nama seperti Ignatius Haryanto (Peneliti Lembaga Studi Pembangunan dan mantan Wartawan TEMPO), Her Suharyanto (Penulis Lepas), Linda Tangdialla (Bisnis Indonesia), Maria Andriana (ANTARA), Ayu Utami (Novelis), maka  diperlukan usaha sistematis dan berjangka panjang untuk mencapai tujuan tersebut.

Kegiatan Agenda 18

Agenda 18 sudah melakukan 6 kali pelatihan penulisan dasar yang menghasilkan 6 angkatan, yaitu tahun: 2003, 2004, 2007, 2009, 2012, dan 2018. Setiap orang yang telah mengikuti pelatihan dianggap sah menjadi bagian dari kelompok ini. Kegiatan pelatihan sendiri tidak hanya berhenti dengan mengantongi sertifikat. Ada pun usai pelatihan dilakukan pendampingan berupa pertemuan regular dengan jangka waktu tertentu. Misalnya; berdiskusi buku (a.l. Jurnalisme Era DigitalIn Search of Middle Indonesia, Troubled Transit), jumpa penulis (a.l. Arswendo Atmowiloto, Maria Hartiningsih), melatih menulis, dan merumuskan proyek buku. Tujuan program tersebut adalah menjaga semangat menulis anggota Agenda 18.

Sejumlah karya tulis yang dihasilkan secara kolektif oleh Tim Agenda 18 adalah sebagai berikut; Andai Presiden Sehebat Harry Potter: Kumpulan Esai Orang Muda tentang Presiden, Penerbit Kanisius (2008); Kumpulan Cerita Tak Menanti Sempurna: Tentang Sebuah Dunia yang ‘Gue Banget’, Penerbit KOMKEP KWI (2005); Kumpulan Esai Agenda 18 Angkatan 5, Rumah Kota Kita, Penerbit Nulisbuku.com (2016).

Agenda 18 juga menjalin kerjasama dengan pihak eksternal untuk mengadakan sejumlah diskusi buku misalnya dengan Yayasan Pustaka Obor Indonesia (YPOI). Selain itu Agenda 18 berkolaborasi dengan Institut Kajian Krisis & Strategi Pembangunan Alternatif (InKRISPENA) membentuk Angkatan I Kursus Perempuan, belajar menulis isu-isu perempuan dan ruang domestik atau beban ganda perempuan (2017).

Komunitas ini bergerak secara terbuka terhadap berbagai jejaring lintas iman dan lintas sektor guna menciptakan tulisan, kegiatan, dan memperbanyak narasi kebaikan. Upaya ini bertujuan melahirkan lebih banyak penulis muda berjiwa kreatif dan progresif. Dengan kegiatan yang terarah dan sistematis, akan tumbuh penulis muda yang memiliki kepekaan sosial, kemampuan menulis yang baik, serta mengemukakan gagasan kepada publik lewat tulisan-tulisannya dalam media massa umum.